Wednesday, June 10, 2009

KEWAJIPAN PENERAPAN HUKUM HUDUD KE ATAS KAFIR DZIMMI (Siri 3- Pembahasan Ayat 42 dan 49 surah Al-Maidah)

Siri 3 (Pembahasan ayat 49 dan 42 Surah Al-Maidah)

Dalam ayat 49 surah Al-Maidah, Allah berfirman

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ

Ibnu Kathir dalam Tafsir Al Quran Al-‘azhim
menyatakan ia merupakan penegasan (ta’kId) terhadap perintah dalam ayat sebelumnya (iaitu ayat 48)agar Nabi saw. berhukum dengan apa yang diturunkan Allah Swt. dan larangan menyalahinya. Pengulangan itu untuk menjadikan perintah tersebut menempati ghayat at-ta’kid (puncak penegasan). Dalam ayat 48 Allah menyatakan yang bermaksud

” Dan kami telah turunkan kepada mu Al Quran dengan membawa kebenaran”


Jadi menurut Ibnu Kathir, ayat 49 ini menegaskan sekali lagi dengan membawa puncak penegasan terhadap kewajipan berhukum dengan hukum Allah.

Dalam hal ini, pihak yang menjadi objek penerapan hukum, yang diungkapkan dengan menggunakan dhamir hum (kata ganti mereka)- وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ-, adalah Yahudi. Demikian kesimpulan para mufassir seperti al-Thabari, Abu Hayyan al-Andalusi, al-Qinuji, al-Wahidi al-Naysaburi, dan lain-lain. Kesimpulan tersebut amat tepat jika dikaitkan dengan sabab nuzul ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya. Kewajipan penerapan hukum tersebut adalah kepada orang Islam dan bukan Islam.

Manakala ayat بِمَا أَنْزَلَ اللهُ (dengan apa yang diturunkan Allah) adalah merujuk kepada ayat sebelumnya (ayat 48),bahawa Allah telah menurunkan kepada Nabi Muhammad iatu Al-Kitab(AlQuran) setelah Allah memberitahu dalam ayat 45 dan 45 kepada Nabi Musa telah diturunkan Kitab Taurat dan dalam ayat 46 & 47 dinyatakan pula kepada Nabi Isa telah diturunkan Kitab Injil. Al Quran telah membenar dan memansuhkan kitab-kitab terdahulu tersebut. Sejak saat itu, hukum yang wajib diterapkan Rasulullah saw. dan umatnya dalam memutuskan perkara adalah yang bersumber dari al-Quran.

Sebahagian mufassirin menyatakan ayat 49 ini telah memansuhkan ayat 42 surah Al-Maidah - maka hukumlah di antara mereka (dengan apa yang yang telah diterangkan oleh Allah) atau berpalinglah dari mereka- tersebut yang memberi pilihan kepada Nabi menghukum atau membiarkan orang kafir. (Al-Syaukani dalam Fath al-Qadir, Ibnu Juzyi al-Kalbi dalam At-Tasyhil li ‘Ulum al-Tanzil, Nidzamuddin al-Naysaburi dalam Tafsir Gharaib al-Qur’an, al-Jashshash dalam Ahkam al-Qur’an,, Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith, al-Wahidi al-Naysaburi dalam al-Wasith, dan as-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsur).

Mufassir dan fukaha lainnya tidak melihat adanya nasikh-mansukh dalam kedua ayat tersebut. Kerana untuk menyatakan sebuah ayat telah di-naskh oleh ayat lain diperlukan qarinah (petunjuk) yang jelas. Dalam kedua ayat tersebut tidak ada qarînah yang jelas yang menunjukkan tentang itu. Walaupun secara lahiriah terlihat adanya pertentangan di antara keduanya,tetapi kedua-ayat ini boleh dikompromikan. Kaedah ini disebut sebagai al-jam‘u bayna al-dalilayn (mengkompromikan dua dalil). Kerana kaedah ushool meyatakan bahawa mengamalkan 2 dalil lebih utama dari mengamalkan 1 dalil.

Walaupun fara fuqaha berbeza pandangan tentang adanya nasikh mansukh antara ayat 42 dan 49 surah Al-Maidah ini, mereka tidak berbeza pandangan tentang kewajipan penerapan hukum Islam kepada Islam dan bukan Islam. (Bersambung….)

1 comment:

herizal alwi said...

SEBAB TURUNNYA AYAT:
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis demikian pula Imam Muslim dan selain mereka berdua ada juga dari jalur Barra bin Azib. Ia berkata, "Pada suatu hari lewat di hadapan Nabi saw. seorang Yahudi yang dalam keadaan dicorengi dengan arang dan didera. Kemudian Nabi saw. memanggil mereka, dan bersabda kepada mereka, 'Apakah memang demikian kamu jumpai dalam kitabmu mengenai hukuman pelaku zina?' Mereka menjawab, 'Ya.' Lalu beliau memanggil orang yang paling alim (ulama) di antara mereka dan bersabda kepadanya, 'Aku mohon atas nama Allah yang telah menurunkan kitab Taurat kepada Musa a.s. apakah memang demikian kamu jumpai dalam kitabmu mengenai hukuman bagi pelaku zina?' Orang alim itu menjawab, 'Demi Allah! Sebenarnya tidak demikian, seandainya engkau tidak menganjurkan kepada diriku supaya mengemukakan yang sebenarnya niscaya aku tidak akan menceritakannya kepadamu. Sebenarnya engkau dapat menemukan hukuman rajam bagi pelaku zina di dalam kitab kami. Akan tetapi setelah banyak para pelaku zina dari kalangan orang-orang kami yang terhormat, hukuman itu kami batalkan, apabila ada seseorang yang lemah dari kalangan kami melakukannya, maka kami tegakkan hukuman had itu atasnya. Setelah itu kami sepakat untuk membuat suatu hukum yang dapat ditegakkan terhadap orang yang mulia dan hina. Akhirnya kami sepakat untuk menetapkan hukuman pencorengan dengan arang dan dera bagi pelaku zina.' Setelah itu Nabi saw. bersabda, 'Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah orang pertama yang kembali menghidupkan perintah-Mu setelah mereka (kaum Ahli Kitab) matikan.' Kemudian beliau memerintahkannya agar dihukum rajam. Setelah itu lalu turunlah ayat, 'Hai Rasul! Janganlah engkau dibuat sedih oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya...' (Q.S. Al-Maidah 41) sampai dengan firman-Nya, 'Jika kamu diberi ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka), maka terimalah...' (Q.S. Al-Maidah 41). Mereka mengatakan, 'Datanglah kamu sekalian kepada Muhammad, jika ia memberi fatwa kepadamu dengan hukuman pencorengan dengan arang dan hukuman dera (bagi pelaku zina), maka turutilah kehendaknya olehmu. Dan jika memberi fatwa kepadamu agar kamu menegakkan hukuman rajam, maka hati-hatilah kamu.' Ayat di atas berkaitan dengan ayat-ayat sesudahnya sampai dengan firman-Nya, 'Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.'" (Q.S. Al-Maidah 45). Humaidi di dalam kitab Musnad mengetengahkan sebuah hadis dari jalur Jabir bin Abdullah yang mengatakan, "Ada seseorang lelaki dari kalangan penduduk Fadak berbuat zina, lalu penduduk Fadak berkirim surat kepada orang-orang Yahudi penduduk kota Madinah agar mereka bertanya kepada Muhammad tentang hukum zina tersebut, 'Jika Muhammad memerintahkan hukuman dera, maka ambillah keputusan itu, jika memerintahkan kamu untuk merajam pelakunya, maka janganlah kamu ambil keputusan itu.' Kemudian orang-orang Yahudi penduduk Madinah bertanya kepada Nabi saw. tentang hukuman tersebut yang kisahnya seperti telah dikemukakan tadi. Akhirnya Nabi saw. memerintahkan agar ia dihukum rajam. Setelah itu lalu turunlah ayat, "Jika mereka (orang-orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta keputusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka...." (Q.S. Al-Midah 42) Imam Baihaki dalam kitab Dalailnya juga meriwayatkan hadis seperti ini dari Abu Hurairah.