Sunday, November 1, 2009

Pejuang Taliban Bukan Tentera Bayaran Yang Dapat Dibeli Dengan Wang


Salah seorang pemimpin gerakan Taliban mengatakan bahwa para pejuang gerakan Taliban bukanlah orang-orang bayaran, sehingga usaha Presiden Amerika, Barack Obama untuk menggunakan uang guna menyuap para pejuangnya tidak akan berguna sama sekali.

Pernyataan tersebut terdapat dalam sebuah surat yang dikirim oleh Mullah Berader Akhund, Wakil Pemimpin dalam “Pemerintahan Islam Afghanistan”, sayap politik dari gerakan ini, menanggapi rencana AS untuk penyatuan kembali Taliban, dalam konteks “Program Tanggap Darurat”, sementara itu Kongres telah mengalokasikan dana 1,3 miliar dolar.

Program tersebut dimasukkan dalam anggaran operasi militer untuk tahun 2010, yang nilainya mencapai 680 miliar dolar, dan telah ditandatangani oleh Presiden Amerika pada hari Rabu (28/10) yang lalu.

Akhund berjanji untuk mengakhiri perang yang ada di sana, mengalahkan semua agresor, dan membentuk pemerintahan Islam sesuai dengan aspirasi rakyat Afghanistan, bahkan ia mencela semua uasaha Amerika dengan mengatakan: “Para mujahid pemerintahan Islam Afghanistan bukanlah tentara bayaran atau pegawai bagi tentara agresor dan agen-agennya.”

Dalam rencana Amerika untuk penyatuan kembali Taliban telah dianggarkan dana untuk para pejuang gerakan agar memisahkan dari Taliban. Program ini serupa dengan apa yang dilakukan militer Amerika di Irak pada periode-periode terakhir, dengan pembentukan “generasi Ash-Shahwah” dari unsur-unsur Sunni yang memisahkan diri dari al-Qaeda, menurut seorang senator, Carl Levin, kepala “Komite Pelayanan Bersenjata” di Dewan Senat.

Dalam konteks ini, Levin menjelaskan: “Ada kepercayaan bahwa motif yang paling menonjol bagi para pejuang gerakan ini bukanlah ideologi atau semangat keagamaan, tetapi kebutuhan untuk pekerjaan, atau kesetiaan kepada pemimpin setempat yang membayarnya. Sehingga, saya pikir bahwa itu akan berhasil, yakni upaya di samping pemerintah untuk menarik para pejuang ini, jika mereka dan keluarganya diberikan berbagai jaminan.”

Namun, Akhund menunjukkan kegagalan strategi yang sama, yang dulu pernah ditempuh oleh “agresor” Inggris pada abad kesembilan belas, dan pasukan Rusia pada dekade delapan puluhan abad yang lalu. Dikatakan bahwa penggunaan Washington terhadap langkah ini “menandakan kelemahan dan ketakutan yang sesungguhnya”.

Presiden Amerika sekarang berdiri di antara tuntutan para pemimpin militer senior untuk mengirim sekitar 40 ribu pasukan tambahan ke Afghanistan, dan meningkatnya kerugian (korban) manusia di antara pasukannya, di mana setidaknya 56 tentara AS tewas pada bulan Oktober ini saja. Bahkan ini secara mutlak dianggap sebagai korban tewas tertinggi sejak pemerintah Amerika melakukan perang selama delapan tahun.

Kepemimpinan Taliban memperingatkan Obama dari mempertahankan keberadaan militernya di Afghanistan, dengan mengatakan: “Semua itu hanya akan memperburuk krisis ekonomi Anda, dan membahayakan posisi Anda secara internasional …. Untuk itu, tariklah pasukan Anda dari negara kami, dan akhirilah permainan kolonial yang senantiasa menumpahkan darah kaum Muslim yang tidak bersalah dengan dalih yang dibuat-buat, yaitu perang melawan terorisme.”

Dan masih terkait dengan persoalan Afghanistan, dari berbagai laporan menunjukkan bahwa perundingan seputar pemilihan presiden putaran kedua antara Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, dengan saingannya, Abdullah Abdullah telah runtuh.

Sumber-sumber diplomatik Barat mengungkapkan bahwa kemungkinan Abdullah akan mengumumkan pemboikotan terhadap pemilihan presiden putaran kedua yang akan diselenggarakan pada tujuh November yang akan datang.

Dikatakan bahwa diselenggarakannya pemilihan presiden putaran kedua ini setelah investigasi oleh utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyimpulkan adanya penipuan dalam skala besar guna memenangkan Karzai dalam proses pemilihan presiden putaran pertama. (islamtoday.net, 31/10/2009)

No comments: