Thursday, July 29, 2010

Jenazah Tengkorak Prasangka

Lontaran kata dari prasangka seringkali menyakiti hati. Ucapan sinis dari hati yang berprasangka umpama ulat yang menggeroyok nanah yang lendirnya bercampur darah. Lagi cuba ditepis ulat, lukanya semakin bonyok. Nanah apabila bonyok, berlubang, jika dikaki bisa amputasi. Jika ditangan, kudunglah diri. Tapi jika ulatnya sinis di hati dan minda, hendak dipenggal saja kepala ini?

Hidup ini hanya sementara. Apakah kekayaan, gaji besar yang dicari? Mungkin itu sangkaan orang yang sakit hati. Mungkin itu basis andaian aparat administrasi. Datang dari prasangka yang jijik lagi busuk hingga kembong buncit si ulat pada nanah tadi. Apakah harus kubuang saja hati ini, agar ulat mati boleh dikebumi.

26280 jam memaksa diri, sampai bagai dah tak daya lagi. Apakah harus begini untuk esok, hari ini atau semalam? Mungkin ini yang dikatakan, rational universe but irrational ideology. Hingga hilang kewarasan dan keseimbangan diri. Bicara sendiri.

Membuat keputusan atas prasangka dan bukan intipiti, hasilnya tidak lebih dari menjatuhkan hukuman mati. Jenazah bawa ke sini, tengkoraknya bagi-bagi.

wuzara,
12.31 pagi
29 Julai 2010

3 comments:

Anonymous said...

ya sahabat

cukup Allah bagi kita semua, manusia sangat2 kecil dibanding dgn kekuatan Allah.Tiada kesakitan sekalipun sekadar tusukan duri yg kecil melainkan Allah sediakan pahala bagi yg sanggup bersabar keranaNya.

sujud dan bersolatlah....

FM said...

Salam akhi,

Apakah ini sekuntum puisi?

Terlalu sukar bagiku menggali erti coretanmu di dinihari.:)

Wasalam.

WUZARA said...

Sahabat,
terima kasih atas nasihat.

FM,
ana manalah pandai nak berpuisi2 ni.